News & Article Details

Analisis Etilen Oksida (EtO) dalam Makanan

Etilen Oksida atau disingkat EtO kerap digunakan sebagai bahan tambahan dalam pestisida dan pengawet rempah-rempah. Di India dan Kanada, etilen oksida digunakan untuk membunuh bakteri dan jamur pada makanan. Padahal, banyak negara yang telah melarang zat tersebut ada di bahan makanan karena sifatnya yang berbahaya bagi tubuh.

Sebenarnya seberapa bahayanya etilen oksida bagi manusia? Lalu, bagaimana cara menganalisis kandungannya dalam bahan makanan?

Temuan dan Bahaya Etilen Oksida dalam Makanan

Etilen oksida berbentuk gas, tidak berbau maupun berwarna sehingga, sulit untuk dideteksi. Kandungan etilen oksida kerap kali ditemukan pada mie instan, es krim, rempah-rempah, jamu, buah yang dikeringkan, kacang-kacangan, dan selai.

Tahun 2021, etilen oksida kembali menjadi perbincangan setelah ditemukan dalam penguat rasa locust bean gum (E410) di Uni Eropa. Setahun kemudian, EtO ditemukan pada produk es krim Haagen-Dazs rasa vanila di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan menarik produk tersebut dalam kemasan pint dan mini cup per Juli 2022. Tidak hanya es krim, di tahun ini, kandungan EtO yang melebihi batas aman di negara eksportir ditemukan. Kasus tersebut menyeret beberapa mie instan merek ternama.

Sayangnya, pada tahun 2023 ini, etilen oksida kembali ditemukan dalam mie instan. Kali ini ada di mie instan merek Mie Sedaap rasa Korean Spicy Chicken dan Kari Spesial dan Indomie rasa Ayam Spesial. Produk tersebut ditarik dari peredaran oleh otoritas kesehatan di Taiwan. Otoritas kesehatan Taiwan melaporkan temuan kadar EtO sebesar 0,187 mg/kg (ppm). Kadar EtO 0,187 mg/kg (ppm) yang setara dengan kadar 2-CE sebesar 0,34 ppm dimana melebihi ambang batas di Taiwan menyebabkan penarikan produk mie instan Indomie rasa ayam spesial.

Kontaminasi EtO biasanya berasal dari pestisida yang masih menempel pada bahan baku produksi. Kontaminasi dapat terjadi selama proses penyimpanan, distribusi, dan penjualan. Bahkan, penggunaan EtO juga dilakukan untuk mengawetkan buah kering, seperti buah plum kering.

Padahal, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (U.S. EPA) mengklasifikasikan etilen oksida dalam grup B1 (senyawa bersifat karsinogenik) karena ditemukannya efek samping dari paparan EtO pada manusia, berupa efek otot lemas, mual, muntah, diare, sesak napas, sakit kepala, dan disfungsi neurologis. Efek beratnya dapat menyebabkan leukimia, aborsi spontan, neurotoksisitas, serta sindrom saluran napas akut.

Analisis EtO

Pendeteksian etilen oksida semakin diperlukan sebab adanya regulasi terhadap senyawa tersebut. Instrumen GC-MS dan GC-MS/MS dapat digunakan untuk mendeteksi EtO dengan tepat.

Metode GC-MS sendiri, terdiri dua periode yang dapat dipilih, yaitu November 1999 dan metode GC-MS/MS pada bulan Desember 2020. Berikut perbedaan atas kedua metode tersebut.

  • Metode GC-MS November 1999, prosedur analisa metode ini menentukan EtO sebagai jumlah etilene oksida dan 2-Kloroetanol. Penentuan tersebut, didasarkan pada transisi 2-Kloroetanol ke etilen oksida diikuti oleh derivatisasi dengan iodide dan deteksi Iodidiethanol yang terbentuk di GC. Sayangnya, proses penelitian ini hanya dapat dilakukan sebanyak enam sampel per hari. Proses preparasi hanya dapat dilakukan oleh orang berpengalaman.
  • Metode GC-MS/MS Desember 2020, deteksi limit etilen oksida yang ditetapkan dalam metode ini, adalah 0.05 mg/kg. Salah satu laboratorium pengawasan pangan di Stuttgart, The Chemiches und Veterinäruntersuchungsamt (CVUA), menerbitkan jurnal mengenai analisis kandungan etilen oksida dalam biji wijen dari India menggunakan GC-MS dan GC-MS/MS.

Preparasi Sampel

Berdasarkan jurnal dari CVUA untuk analisis EtO dan metabolit 2-Kloroetanol, diperlukan 2g sampel dengan tambahan cairan standar dan Asetoniril. Sampel divortex selama lima menit. Kit ekstraksi EN 15662 mengandung 4g MgSO4, 1 g NaCl, 1 g Trisodium Sitrat, dan 500 mg Disodium Sitrat.

Setelah dikocok kurang lebih satu menit, sampel disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama lima menit. 1 ml supernatan dipindahkan ke dalam tabung mikrosentrifus yang berisi 150 mg MgSO4, 25 mg PSA, dan 25 mg C18.  Sampel kembali divortex selama 30 detik kemudian, disentrifugasi pada 5000 rpm, dan supernatant dipindahkan ke vial GC.

 

Hasil Analisis GC-MS

Di bawah ini terdapat grafik hasil analisis Etilen Oksida pada sampel biji wijen dengan mengikuti metode Jerman 35 LMBG.

analisis etilen oksida

etilen oksida biji wijen
Gambar 1: Sampel biji wijen mengandung 0.406 mg/kg etilen oksida.

 

kalibrasi etilen oksida
Gambar 2: Kurva kalibrasi Iodidiethanol. Metode LOQ ditentukan dengan 0.02 mg/kg.

Hasil analisis GC-MS/MS

Hasil dari uji sampel biji wijen berduri berdasarkan metode CVUA Stuttgart dapat dilihat sebagai berikut.

TIC EO
Gambar 3: Total Ion Chromatogram (TIC) 0.025 mg/kg Etilen Oksida dan 2-Kloroetanol.
kalibrasi eo
Gambar 4: Kurva kalibrasi Etilen Oksida dan 2-Kloroethanol kisaran 0.005 – 0.2 mg/kg.

 

sensitivitas eo
Gambar 5: Sensitivitas Etilen Oksida dan 2-Kloroethanol pada 0.025 mg/kg.

Penjelasan lebih dalam mengenai analisis Etilen Oksida dengan GC-MS dan GC-MS/MS sila baca di sini application note

 

Sumber:

karantina.pertanian.go.id

ec.europa.eu

Puspitasari, D. 2018. Kajian Senyawa Ikutan (Carry Over Compounds) Dalam Bahan Tambahan Pangan.

Tahir, Muliyati et.all. 2019. Identifikasi Pengawet dan Pewarna Berbahaya Pada Bumbu Giling yang Diperjualbelikan di Pasar Daya Makassar. Jurnal Media Laboran.

Share the Article