Penyakit minamata pertama kali diidentifikasi pada tahun 1956 di Jepang. Kasus pertama dialami oleh seorang gadis berusia lima tahun. Gadis tersebut memiliki gejala neurologis yang tidak biasa, yaitu kejang dan kesulitan berjalan serta berbicara. Total kasus penyakit minamata pada tahun 1956 tercatat, 55 kasus dengan kematian mencapai 17 orang.
Penyakit minamata disebabkan oleh keracunan metil merkuri. Metil merkuri dihasilkan sebagai produk sampingan dalam pembuatan asetaldehida yang disintesis dengan hidrolisis asetilena menggunakan merkuri sebagai katalis. Limbah kimia tersebut, diciptakan oleh Chisso Corporation. Pada tahun itu, Chisso Corporation merupakan perusahaan kimia tercanggih di Jepang yang memproduksi pupuk, asetilena, asetaldehida, adam asetat, vinil klorida, dan lain-lain.
Bagaimana Merkuri Bisa Sampai ke Tubuh Manusia?
Bentuk merkuri yang ditemukan di alam ada tiga, yaitu unsur logam, garam anorganik, dan senyawa organik (contoh: metil merkuri, etil merkuri, dan fenil merkuri). Sebagian besar merkuri diproduksi oleh aktivitas manusia, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara, pembakaran sampah, pengolahan logam, dan produksi semen. Karena titik didih merkuri yang rendah, merkuri mudah menjadi airbone. Begitu berada di atmosfer, ia dapat menempuh jarak yang sangat jauh sebelum akhirnya mengendap di sungai dan lautan.
Limbah merkuri yang dibuang ke sungai dan laut, akan diubah menjadi metil merkuri oleh mikroorganisme dan reaksi abiotik. Selanjutnya, plankton akan menyerap metil merkuri di air dan sedimen. Plankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan kecil, yang mana ikan kecil merupakan santapan bagi ikan predator. Semakin tua dan besar ikan predator, maka cemaran merkuri di tubuhnya juga semakin banyak. Ikan seperti salmon, makarel, teri, hiu, dan tuna merupakan sebagian contoh ikan yang berpotensi mengandung merkuri tinggi.
Konsumsi jenis ikan tersebut yang mengandung merkuri adalah rute utama paparan manusia terhadap metil merkuri. Selaras dengan itu, tidak ada metode memasak atau membersihkan ikan yang mampu mengurangi kadar merkuri dalam makanan. Sebab, merkuri terikat erat dengan protein di semua jaringan ikan, termasuk otot. Inilah penyebab utama mewabahnya penyakit minamata di Jepang tahun 1956.
Merkuri tidak hanya menelan korban manusia, tapi juga merusak ekosistem lingkungan. Karenanya, sebuah konvensi untuk mengurangi dan menghapus penggunaan merkuri di dunia dibentuk. Konvensi Minamata (The Minamata Convention) mulai diberlakukan pada Agustus 2017. Sebanyak 128 negara telah meratifikasi konvensi tersebut, termasuk Indonesia. Tahun ini, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah sidang Pertemuan Keempat Konferensi Para Pihak Konvensi Minatama. Indonesia sendiri, telah memiliki regulasi terkait merkuri, Perpres Nomor 21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri.
Analisis Merkuri Dalam Ikan
Terpapar metil merkuri dalam dosis yang tinggi, dapat merusak sistem pendengaran dan pembicaraan, pelemahan otot, gangguan penglihatan, kelumpuhan, koma, sampai kematian. Demikian pula, pada wanita hamil, metil merkuri dapat melewati plasenta dan merusak sistem saraf janin yang sedang berkembang.
Akibat efek samping tersebut dan kejadian di Minamata, mayoritas negara dan organisasi global menetapkan konsentrasi maksimum merkuri dalam ikan sekitar 0.5 mg/kg berat basah. Namun, aturan ini tidak berlaku universal. Ada perbedaan kadar merkuri maksimum antar negara dan beberapa tergantung pada jenis ikannya. Sebagian besar negara juga membuat sendiri undang-undang untuk metil merkuri.
Regulasi yang ketat tersebut, menjadi dasar pengujian merkuri dalam boga bahari terutama ikan. Metode Atomic Absorption Spectrometer (AAS) merupakan instrumen yang handal digunakan untuk analisis merkuri di dalam ikan. Dengan kombinasi vapor generation, dapat meningkatkan path length dan memberikan batas deteksi yang sangat rendah.
Prosedur preparasi sampel ikan untuk analisis merkuri yang menggunakan teknik spektroskopi dibagi menjadi 4 tahap: pengeringan sampel, preparasi sampel, sample digestion, dan pengurangan merkuri. Tapi, pengeringan sampel tidak berlaku untuk semua kondisi. Pengeringan hanya berlaku jika konsentrasi akhir dari merkuri yang dibutuhkan, dalam satuan nilai berat kering (misal: mg/kg dry weight). Kebanyakan negara dan badan regulator pemerintah (US FDA, EU Commission, Codex Alimentarius) menggunakan satuan konsentrasi merkuri dalam berat basah sampel.
Pengujian terhadap dua tipe ikan (salmon segar dan sarden kalengan) menggunakan AAS, memberikan hasil yang sangat stabil, akurat dan rentang linear yang baik. Sensitivitas metode AAS dapat dilihat dari konsentrasi karakteristik. Karakterisktik konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah.
Recovery values kedua sampel ikan, berada dalam 6% dari nilai yang diharapkan Hal ini menunjukkan pengulangan dan akurasi dari analisis uap menggunakan Thermo Scientific AAS iCE 3000 dengan VP100 vapor generation.
Dari hasil data di atas, iCE 3000 AAS terbukti menjadi solusi yang ideal bagi pemeriksaan dan analisis sampel ikan terhadap potensi kontaminasi merkuri. Jika Anda memiliki pertanyaan seputar metode Atomic Absorption Spectrometer, sila hubungi tim kami sales@wiralab.co.id
Sumber:
Komyo, Eto. 1997. Review Article: Pathology of Minamata Disease.