News & Article Details

BPA pada Galon: Isu, Potensi Bahaya, dan Analisisnya

BPA atau Bisphenol A adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membuat plastik dan resin sejak tahun 1950. Kandungan BPA terdapat dalam plastik polikarbonat (PC) dan resin epoksi. Polikarbonat biasa digunakan sebagai bahan kemasan, seperti galon air minum, botol susu bayi, dan peralatan makan. ditandai dengan logo angka 7. Kemasan plastik polikarbonat sangat kokoh dan kaku karena dapat didaur ulang. Sedangkan, resin epoksi digunakan untuk melapisi kaleng makanan dan minuman serta bagian dalam pipa air (EFSA, 2023a; Geens dkk., 2012; Lehmler dkk., 2018).

Senyawa tersebut menjadi topik hangat di Indonesia setelah seorang influencer kesehatan, Dr. Richard Lee membahas bahanya mengonsumsi galon kemasan guna ulang. Dia menjelaskan kemasan galon guna ulang mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, yaitu Bisphenol A. Kandungan Bisphenol A pada kemasan galon guna ulang berada di atas ambang batas. Dr. Richard Lee juga menghimbau para ibu-ibu rumah tanggan untuk meninggalkan penggunaan galon guna ulang.

Mengapa Bisphenol A Berbahaya?

Melalui beberapa pengujian toksisitas di Amerika Serikat dan Eropa, BPA diklasifikasikan sebagai bahan kimia yang berbahaya. BPA mampu mempengaruhi fungsi reproduksi, perkembangan kelenjar susu, perkembangan otak janin, dan metabolisme. Di samping itu, zat ini merupakan penganggu endokrin yang dapat mengganggu sistem hormon. Efek kesehatan lainnya seperti alergi pada kulit, kerusakan mata yang serius, autisme, penyakit jantung, dan iritasi pernapasan dapat terjadi karena terpapar BPA.

Sebenarnya, FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) baru menyatakan BPA berbahaya pada tahun 2010 setelah dilakukan pengujian toksisitas. FDA khawatir terhadap efek kesehatan yang ditimbulkan akibat terpapar BPA, seperti gangguan pada otak, perilaku, dan kelenjar prostat.

Sejalan dengan Amerika Serikat, Uni Eropa menetapkan batas TDI (Tolerable Daily Intake) untuk BPA pada tahun 2015. Namun, di tahun 2023, EFSA melakukan review terhadap keamanan dietary exposure dari BPA. Hasilnya, EFSA menurunkan TDI dari 4 mikrogram per kg berat badan per hari menjadi 0.2 nanogram per kg berat badan per hari. Sedangkan di Indonesia, TDI atau batas maksimum migrasi BPA masih berada di angka 0,6 PPM berdasarkan Peraturan BPOM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.

Bagaimana BPA Masuk ke dalam Tubuh?

BPA dalam jumlah yang sangat kecil dapat berpindah dari kemasan ke dalam makanan dan minuman yang mengakibatkan manusia terpapar melalui konsumsi. Migrasi BPA dari kemasan plastik terjadi saat kemasan dicuci dengan air panas atau terpapar sinar matahari secara terus menerus.

Pada kasus galon guna ulang, migrasi BPA kemungkinan besar terjadi saat galon didistribusikan dari pabrik menggunakan truk menuju gudang dan setelahnya menuju toko atau warung. Panas dari sinar matahari membuat Bisphenol A luruh ke air. Selain itu, menurut Rora Daras, Ketua Aliansi Jurnalis Peduli Kesehatan dan Lingkungan, galon guna ulang dicuci dengan cara disemprot air panas bersuhu sekitar 70° C. Pemanasan pada suhu tersebut juga memungkinkan mengaktifkan zat Bisphenol A.

Molekul BPA yang luruh, masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua cara, dietary exposure (paparan melalui konsumsi makanan dan minuman yang tercemar) dan non-dietary exposure. Gambar di bawah menjelaskan sumber dan perjalanan paparan BPA hingga sampai ke tubuh manusia.

Gambar 1. Sumber dan Rute Paparan Bisphenol A.

sumber bpa masuk ke tubuh
Sumber: HBM4EU (HBM4EU, 2022c).

Bagaimana Cara mengetahui Kemasan mengandung Bisphenol A?

Paparan Bisphenol A dari wadah polikarbonat (PC) ke simulan makanan dapat dianalisis menggunakan HPLC-FLD. Penelitian yang dilakukan oleh So-ra Park, Se-Jong Park, etc, memakai sampel botol bayi, gelas, tempat makan, sendok, penjepit makanan, dan centong sayur yang dijual di Korea Selatan. Mereka menguji migrasi BPA, phenol, p-tert-butylphenol (TBP), dan diphenylcarbonate (DPC) ke empat simulan pangan (air, asam asetat 4%, 50% etanol, dan n-heptana) pada suhu yang berbeda.

Validasi metode penelitian terkait LOD, LOQ, recovery dan presisi dalam mendeteksi migrasi BPA, phenol, dan TBP menggunakan HPLC-FLD dan untuk DPC menggunakan HPLC-UV.

Hasilnya, level tertinggi migrasi BPA (54,3 µg L-1) dan phenol (43,8 µg L-1) ditemukan pada simulan 50% etanol suhu 70°C (Tabel 1 & 2). TBP tidak bermigrasi di semua simulant pangan. DPC hanya bermigrasi dari cangkir ke asam asetat 4% pada suhu 70°C dan 100°C (Tabel 3). Migrasi DPC juga ditemukan pada simulant pangan 50% etanol di cangkir, sendok sayur, sendok, dan penjepit makanan ke n-heptana pada suhu 25 C.

Tabel 1. Konsentrasi (µg L-1) BPA dalam simulan dari sampel polikarbonat yang dianalisis dengan HPLC-FLD.

analisis konsentrasi BPA dengan HPLC-FLD

Tabel 2. Konsentrasi (µg L-1) phenol dalam simulan dari sampel polikarbonat yang dianalisis dengan HPLC-FLD.

analisis konsentrasi phenol dengan HPLC-FLD

Tabel 3. Konsentrasi (µg L-1) diphenylcarbonate dalam simulan dari sampel polikarbonat yang dianalisis dengan HPLC-UV.

analisis konsentrasi DPC dengan HPLC-UV

Dengan demikian, jenis simulan pangan dan suhu merupakan faktor penting dalam migrasi BPA dan phenol pada sampel polikarbonat (PC).

Estimasi asupan harian (EDI), berdasarkan konsumsi makanan dan faktor distribusi jenis makanan, untuk BPA, fenol, dan DPC dihitung masing-masing sebesar 0,007, 0,001, dan 2,5 x 10-4 µg kg-1 berat badan/hari. Penilaian risiko keamanan asupan melalui bahan yang bersentuhan dengan makanan, didasarkan pada EDI dan TDI dari setiap zat. Risiko BPA dihitung dengan membagi EDI dengan TDI (0,004 µg kg-1 BB/hari menurut EFSA).

 

Sumber:

Sora, Park; Sejong, Park; Mijin Jeong; etc. Fast and simple determination and exposure assessment of bisphenol A, phenol, p-tert-butylphenol, and diphenyl carbonate transferred from polycarbonate food-contact materials to food simulants. 2018. Chemosphere: Republic of Korea. https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2018.03.185

www.webmd.com

www.eea.europa.eu

www.medcom.id

Share the Article
X