Multivitamin merupakan suplemen yang sering dikonsumsi masyarakat di Indonesia. Sebanyak 75% masyarakat Indonesia mengonsumsi multivitamin lebih banyak dibandingkan dengan Vietnam yang hanya 33% (Rahmoto, 2015).
Saat kita berobat ke dokter pun, dokter akan meresepkan multivitamin sebagai penambah nutrisi tubuh. Oleh karena itu, banyak orang percaya bahwa multivitamin dapat memperbaiki kesehatan, memenuhi nutrisi bagi orang dengan kebiasaan makan yang buruk, bahkan mengurangi risiko penyakit.
Namun, apakah asumsi-asumsi tersebut benar? Bagaimana hubungan multivitamin dengan kesehatan? Apa yang perlu kita perhatikan dalam mengonsumsi multivitamin?
Apakah Multivitamin Baik untuk Anda?
Seperti namanya, multivitamin mengandung banyak vitamin dan mineral yang berbeda. Dalam satu tablet multivitamin, terkandung vitamin A, C, E, dan B kompleks terkadang ada kandungan bahan lainnya, seperti mineral, asam amino, ataupun asam lemak. Kebanyakan multivitamin dikonsumsi satu atau dua kali sehari.
Berbeda dari asumsi yang menghubungkan multivitamin dengan peningkatan kesehatan, ternyata beberapa studi membantahnya. Multivitamin tidak mengurangi risiko penyakit jantung, kanker, penurunan kognitif, dan kematian dini. Bahkan, vitamin E dan beta-carotene berbahaya dikonsumsi pada dosis tertentu.
Dosis yang tepat bergantung pada kelarutan vitamin yang dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
- Larut dalam air (water-soluble): vitamin yang dapat dengan mudah dikeluarkan melalui air seni bila tubuh sudah menyerap dosis yang dibutuhkan. Contohnya: vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, B12, dan C.
- Larut dalam lemak (fat-soluble): vitamin yang tidak mudah untuk dibuang tubuh jika dosisnya berlebih. Vitamin jenis ini akan terakumulasi di dalam hati dan berbahaya jika berlebihan jumlahnya. Contoh vitamin larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K.
Wanita hamil perlu berhati-hati dalam mengonsumsi vitamin A, karena konsumsi yang berlebihan terkait dengan cacat bawaan. Perokok juga harus menghindari multivitamin yang mengandung beta-carotene atau vitamin A. Dalam jumlah besar, konsumsi vitamin A dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru bagi perokok.
Dosis tinggi mineral tertentu, seperti zat besi, dapat menyebabkan sakit perut, sembelit, muntah, dan pingsan. Zat besi juga dapat membatasi kemampuan tubuh untuk menyerap zinc.
Pria harus memperhatikan konsumsi zat besi mereka, karena pria cenderung menyimpan lebih banyak zat besi dibandingkan wanita, begitu juga dengan orang yang memiliki hemochromatosis. Hemochromatosis dapat menyebabkan penumpukan kadar mineral yang beracun dan dapat menyebabkan sirosis hati, kanker hati, dan penyakit jantung. Mereka yang memiliki kondisi ini juga harus menghindari suplemen vitamin C.
Multivitamin tidak cocok bagi semua orang dan bahkan dapat menyebabkan efek yang berbahaya bagi sebagian orang. Bagi orang dewasa yang lebih tua, penyerapan tubuh terhadap vitamin B12 berkurang seiring usia. Mereka dianjurkan untuk mengonsumsi kalsium dan vitamin D. Sedangkan bagi orang dengan gaya hidup vegan dan vegetarian, mereka dianjurkan mengonsumsi kalsium, zinc, iron, vitamin D, dan asam lemak omega-3.
Kesimpulannya, multivitamin bukanlah jalan pintas untuk memaksimalkan kesehatan tubuh. Jika Anda kekurangan nutrisi, sebaiknya Anda melengkapinya dengan vitamin nutrisi tertentu. Multivitamin mengandung banyak nutrisi, yang sebagian besar mungkin tidak Anda perlukan. Baiknya konsultasikan dengan tenaga medis untuk menentukan apa yang tubuh Anda butuhkan.
Analisis Multivitamin Larut Dalam Air dan Lemak Secara Simultan
Karakteristik kedua vitamin yang berbeda secara hidrofobisitas membuat analisis kromatografi cair secara simultan dengan metode yang sama bukanlah hal yang mudah.
Jika vitamin larut dalam air dan larut dalam minyak dianalisis dengan dua kolom secara secara sekuensial dalam satu sistem, maka sistem liquid chromatography konvensional harus dilengkapi dengan sepasang katup pengalih untuk menghubungkan kolom ke injektor dan detektor UV. Metode ini efektif, namun memerlukan pengaturan hardware yang rumit dan pemrograman sistem data kromatografi yang lebih rumit. Selain itu, karena kolom dijalankan setelah analisis lainnya, throughput yang diperoleh rendah.
Jika vitamin larut air dan larut dalam minyak dianalisis menggunakan kolom yang sama dan metode yang sama, hal ini membuat penundaan injeksi sampel pada vitamin yang larut dalam lemak. Metode ini bergantung pada kompleksitas pemrograman dan pengaturan instrumen yang agak rumit.
Tantangan-tantangan di atas, dapat diselesaikan oleh instrumen Vanquish Flex Duo System for Dual LC. Vanquish terdiri dari Dual Pump F dengan dua jalur aliran independen, Dual Split Sampler FT dengan dua port injeksi terpisah dan loop sampel, dan dua sistem deteksi.
Khusus analisis vitamin, kolom terbaik yang dapat digunakan adalah kolom fase terbalik, Acclaim PolarAdvantage II (PA2). Kolom ini memiliki fitur polar-embedded stationary phase yang efektif beroperasi pada berbagai kondisi fase gerak. Selain itu, cocok digunakan untuk pemisahan komponen dengan hidrofobisitas yang sangat beragam.
Berikut hasil pemisahan (Grafik 1) dan kuantitatif (Tabel 1) tablet vitamin larut dalam air.
Dari hasil analisis di atas, jumlah yang diukur lebih tinggi daripada yang dilaporkan dalam label produk. Ketidaksesuaian tersebut dapat dijelaskan oleh praktik umum dari produsen untuk melebihi jumlah vitamin dari kadar yang ada di label. Dengan cara ini, produsen dapat menjamin jumlah vitamin yang dilabeli ada dalam produk meskipun itu menurun selama masa pakai produk.
Sedangkan hasil dari vitamin larut dalam minyak menunjukkan beberapa ketidaksesuaian dengan kandungan bahan yang dinyatakan oleh produsen (Grafik 2 dan Tabel 2). Sebagai contoh, label bahan menunjukkan bahwa tablet tersebut mengandung 0,6 mg retinol. Namun, tidak ada peak retinol dalam sampel yang dapat dideteksi, yang berarti jumlahnya harus lebih rendah dari 0,0002 mg/tablet.
Retinol asetat justru terdeteksi pada konsentrasi 0,9 mg/tablet, sedangkan pada label bahan vitamin ini tidak dilaporkan. Pada label, α-tokoferol asetat dilaporkan dengan konsentrasi 10 mg/tablet dan α-tokoferol dengan 6,1 mg/tablet. Hasil kuantitatif dari kedua analit menunjukkan nilai yang jauh lebih tinggi untuk α-tokoferol asetat dan nilai yang jauh lebih rendah untuk α-tokoferol.
Anda dapat membaca metode analisis selengkapnya di application note ini. Bila Anda memiliki pertanyaan seputar analisis vitamin, silakan diskusi melalui sales@wiralab.co.id.
Sumber: