Sejarah Doping
Doping dengan obat peningkat performa. Obat tersebut merupakan zat yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan performa kinerja manusia. Pada bidang olahraga, doping disebut sebagai alat bantu endogenik yang sangat populer dengan istilah steroid anabolik atau prekursornya dengan istilah sehari-hari “steroid”. Steroid merupakan hormon yang umumnya berada di tubuh kita, steroid membantu membangun jaringan otot dan meningkatkan massa tubuh dengan bertindak sebagai hormon alami “testosteron”.
Amfetamin adalah obat doping pertama, yang digunakan secara luas oleh tentara pada Perang Dunia II. Setelah itu, penyalahgunaan amfetamin beralih ke olahraga di awal 1950-an. Obat-obatan ini mampu menjadi doping untuk mengurangi rasa tidak nyaman dari kelelahan selama latihan sehingga sangat berguna untuk ketahanan olahraga. Akibat dari mengkonsumsi obat terkait, terjadi kecelakaan pertama pengendara sepeda terjadi beberapa tahun kemudian. Sebagai contoh dari efek penggunaan terjadi pada Knut Jensen dan Tommy Simpson keduanya meninggal pada 1960-an karena dehidrasi saat balapan setelah menggunakan obat doping. Obat doping telah dilarang penggunaan selama beberapa dekade oleh Komite Olimpiade Internasional dan Badan Anti-Doping Dunia bahkan di Indonesia untuk dijadikan sebagai doping olahraga. Tapi bagaimana kita bisa membedakan steroid yang diproduksi secara alami dalam tubuh kita dari analog sintetisnya?
Analisis Obat Doping
Sebagian besar steroid sintetis diproduksi dari bahan tanaman C-3, misalnya gandum, kedelai, atau barley. Bahan tanaman ini memiliki isotop yang khas. Sidik jari isotop yang terdapat pada tumbuhan, dapat bervariasi menurut jenis tumbuhan, wilayah atau curah hujan. Dengan memakan tumbuhan tersebut, karbon, hidrogen, dan elemen lainnya diambil oleh tubuh kita dan diubah menjadi jaringan tubuh kita sendiri. Sidik jari isotop kita menyerupai sidik jari nutrisi yang kita konsumsi. Demikian pula, sidik jari isotop steroid yang diproduksi secara alami sama dengan sidik jari isotop jaringan tubuh kita. Namun, steroid sintetis tidak! Jadi, jika atlet bersih, maka komposisi isotop stabil harus tetap sama di antara semua steroid dalam tubuhnya. Tetapi jika atlet mengonsumsi testosteron sintetis, kita akan dapat melihat perbedaan nilai isotop stabil pada sampel testosteron.
Analisis penyalahgunaan testosteron dalam obat doping biasanya dilakukan dengan isotop karbon (13C / 12C). Di sini, sampel testosteron dikumpulkan dari urin dan dianalisis setelah sampel dipreparasi. Spektrometri massa rasio isotop (IRMS) adalah teknik analisis untuk analisis isotop stabil dalam senyawa organik. Berbeda dengan spektrometri massa standar, seperti pada quadrupole MS atau Orbitrap MS, IRMS mampu mengukur perbedaan terkecil dalam komposisi isotop dengan akurasi tinggi. Dan ini cukup penting karena perbedaan rasio isotop terjadi dalam kisaran per mill. Sehingga terlalu kecil untuk dideteksi dengan detektor MS standar.
IRMS biasanya digabungkan dengan kromatografi gas (GC) atau kromatografi cair (HPLC) untuk pemisahan senyawa target. Hal ini berguna untuk sampel biologis dan lingkungan. Analisis komposisi isotop dapat memiliki akurasi tinggi bila pengukuran dilakukan dengan mengubah senyawa target menjadi gas sederhana, seperti karbon menjadi karbon dioksida. Karbon dioksida inilah yang memiliki informasi isotop yang kemudian akan dianalisis oleh IRMS dengan presisi yang tinggi.
Selain karbon, hidrogen juga dapat digunakan untuk penelitian metabolit. Identifikasi metabolit steroid dalam matriks kompleks membutuhkan waktu dan penuh tantangan. Hal ini karena persyaratan untuk mengidentifikasi dan mengukur ratusan senyawa berbeda namun pengetahuan awal tentang metabolit masih sangat terbatas. Analisis isotop stabil dapat digunakan untuk memberikan wawasan tentang metabolisme berbagai senyawa pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Pelabelan senyawa deuterium telah lama dikenal sebagai cara untuk mengidentifikasi metabolit. GC-IRMS merupakan kopling alat yang digunakan untuk analisis isotop hidrogen spesifik senyawa pada kelimpahan alami dan pengayaan deuterium. Cari tahu lebih lanjut tentang alat IRMS.
Kebanyakan orang menghubungkan isotop dengan radioaktivitas atau kontaminasi. Tetapi ada dua jenis isotop yaitu isotop radioaktif (tidak stabil) dan isotop stabil. Kata “stabil” sudah menunjukkan isotop stabil tidak meluruh. Jadi, tidak ada radioaktivitas dan tidak ada ancaman bagi lingkungan. Melihat isotop stabil dapat memberi pengetahuan tentang suatu senyawa kimia, misalnya, bagaimana atau di mana ia terbentuk. Oleh karena itu, isotop dapat digunakan dalam berbagai disiplin ilmu seperti geologi, kesehatan, forensik, lingkungan atau otentikasi makanan memberi kita pelajaran tentang asal usul, jalur dan nasib zat yang ingin kita selidiki.
Application Note : GC-IRMS: Combat emerging threats in drug abuse with isotope fingerprints
Sumber:
- analyteguru/sports-doping-how-isotopes-help-to-fight-the-crime
- Sally Jenkins “Winning, Cheating Have Ancient Roots,” Washington Post, Aug. 3, 2007
- Timothy Noakes, MD, DSc “Tainted Glory – Doping and Athletic Performance,” New England Journal of Medicine, Aug. 26, 2004