Darah terdiri dari empat komponen, yaitu plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Salah satu perusahaan startup meyakini bahwa transfusi plasma akan membantu menghambat penuaan. Sayangnya, keyakinan tersebut belum disetujui oleh FDA Amerika Serikat (Food and Drug Administration). Pada Februari 2019, FDA memberikan pernyataan agar konsumen menjauhi perawatan tersebut.
FDA menyatakan bahwa belum ada klaim yang terbukti secara klinis didapat dari infus plasma dari donor muda untuk menyembuhkan, mengurangi, mengobati, atau mencegah kondisi penuaan. Selain itu, ada risiko yang terkait dengan penggunaan produk plasma apa pun. Beberapa komplikasi yang mungkin diterima oleh resipien di antaranya, transfusion related acute lung injury (TRALI), transfusion associated circulatory overload (TACO), allergic transfusion reactions (ATR), transmisi penyakit berbahaya, hemolisis, dan lain-lain. Sehingga, penggunaan produk tersebut tidak boleh dianggap aman maupun efektif.
Lantas bagaimana nasib startup yang menawarkan perawatan tersebut? Apakah ada screening sebelum melakukan perawatan yang memasukkan cairan ke dalam tubuh? Bagaimana cara mengetahui kesehatan darah dari pendonor?
Simak penjelasannya di bawah.
Startup Pemburu Darah Muda
Salah satu startup medis yang terkenal menawarkan perawatan darah muda adalah Ambrosia. Ambrosia bermarkas di San Francisco, Amerika Serikat. Startup ini diciptakan oleh Jesse Karmazi bersama dengan Craig Wright, sekitar tahun 2016. Namun, Karmazin mengundurkan diri saat residensi untuk fokus membangun Ambrosia.
Ambrosia menawarkan perawatan transfusi plasma darah dari pendonor berusia 16 – 25 tahun. Plasma darah tersebut dibeli dari bank darah. Perawatan tranfusi plasma ditawarkan kepada konsumen yang berusia di atas 35 tahun. Ambrosia mematok biaya tranfusinya sebesar $8.000 untuk tes lab dan sekali transfusi darah. Karmazin percaya bahwa transfusi plasma akan membantu menghambat penuaan.
Ide awal pembentukan Ambrosia didapat saat Karmazin membaca studi mengenai tikus dan proses parabiosis. Parabiosis adalah prosedur menggabungkan dua mahkluk hidup sehingga mereka saling berbagi sirkulasi darah. Parabiosis digunakan dalam studi obesitas, penuaan biologis, penelitian stem cell, diabetes, transplantasi organ, tumor, dan endokrinologi. Dalam studi yang dibaca Karmazin, gejala penuaan dapat diminimalisir pada tikus yang tua ketika dia menerima darah dari tikus muda.
Namun, banyak ahli yang menyatakan transfusi darah seperti yang dilakukan Ambrosia, berbahaya. Hal ini dapat menyebabkan reaksi penolakan di dalam tubuh. Sehingga, FDA menghimbau konsumen untuk menjauhi perawatan transfusi darah. Karena himbauan tersebut, Ambrosia sempat menutup sementara operasionalnya pada Agustus tahun 2019. Beberapa bulan kemudian, Ambrosia kembali beroperasi. Terlepas dari himbauan FDA, Ambrosia akan memastikan bahwa plasma darah muda yang didapat diuji terlebih dahulu agar penerima tidak memiliki komplikasi.
Cara Menilai Kesehatan Manusia dari Plasma
Kesehatan manusia ternyata dapat diprediksi melalui plasma darah. Ini sangat bermanfaat terutama bagi penerima donor darah. Sebelumnya, analisis melalui plasma proteome dilakukan menggunakan volume sampel darah yang banyak. Umumnya dimulai dari jumlah mililiter darah, used depletion, dan pra-fraksinasi yang ekstensif. Namun, melalui studi terbaru yang dilakukan Geyer, Kulak, dan kawan-kawan, darah yang diambil hanya dengan finger prick mampu mendiagnosis masalah pencernaan, kardiovaskular, bahkan mengetahui gender pendonor.
Penemuan tersebut merupakan hal baik di mana pengujian darah dapat dilakukan jauh lebih tidak invasive, efisiensi biaya dan waktu, serta lebih menarik bagi pasien. Prosedur yang dilakukan hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 jam. Sampel darah akan dianalisis menggunakan LC-MS/MS instrumen yang terdiri dari UHPLC dipasangkan dengan Q Exactive HF Orbitrap untuk mengetahui plasma proteome profiling.
Profiling akan mengukur sejumlah besar plasma proteomes pada kedalaman setinggi mungkin dengan teknologi yang disederhanakan dan throughput tinggi. Berikut beberapa hasil plasma proteome profiling, seperti variabilitas intra- dan antar-individu, kuantifikasi penanda yang menarik secara klinis, dan proteom kuantitatif dari 1.000 protein plasma.
- Variabilitas intra-individu dinilai dengan finger pricks 4x/hari selama 8 hari, dan CV untuk semua protein terukur dikalkulasi. Protein dengan CVs < 20% berwarna biru dan protein dengan CV> 20% berwarna abu-abu.
- Variasi antar individu dari 5 wanita dan 5 pria.
- Proteom wanita dan pria dalam PCA satu dimensi.
- Protein dan kontribusinya terhadap pemisahan gender.
- Perbandingan langsung subjek perempuan 4 (F4) dan subjek laki-laki 5 (M5) menggambarkan perbedaan ekstrim PZP antara perempuan dan laki-laki dengan latar belakang semua protein terukur lainnya.
- Plot gunung berapi betina terhadap proteom jantan (sumbu x, perubahan lipat betina menjadi jantan berfungsi sebagai uji beda t; sumbu y, nilai p).Kurva hitam menunjukkan ambang batas signifikansi statistik, di mana kami menggunakan tingkat penemuan palsu 5% dan S0 0,8.
- Intensitas LFQ untuk PZP di semua sepuluh individu.
- Scatterplot dari finger pricks berulang dari satu individu (replika 2 v ulangan 3) menunjukkan bahwa protein spesifik eritrosit meningkat sebagai sebuah kelompok. HBA1, hemoglobin subunit alfa; HBB, subunit hemoglobin beta; HBD, subunit hemoglobin; CA1, karbonat anhidrase 1.
- Spike-in (lonjakan) eritrosit ke dalam plasma mengakibatkan peningkatan protein ini.
- Darah diproses dari sepuluh jari yang berbeda dari satu individu setelah penusukan jari, dan intensitas LFQ dari FGA, FGB, FGG, PPBP, dan PF4V1 diplot. Pada sampel 1 dan 2, fibrinogen menurun, sedangkan protein spesifik trombosit meningkat.
- Kadar FGA, FGB, dan FGG menurun, dan kadar PPBP serta PF4V1 meningkat dalam serum dibandingkan dengan plasma pada dua individu.
- 15 apolipoprotein diukur tanpa nilai yang hilang setelah pengumpulan longitudinal 32 sampel plasma dari satu individu (empat tusukan jari per hari selama 8 hari).
- Peptida LGADMEDVR spesifik untuk alel APOE4 dan hadir dan dihitung dalam dua dari sepuluh individu.
- Kehadiran setidaknya satu alel APOE2 atau APOE3 di semua sepuluh individu.
- Distribusi protein yang diukur dalam gradien 20 menit dari 15 ulangan alur kerja.Biomarker yang disetujui FDA diberi kode warna.Garis putus-putus memisahkan wilayah yang berpenduduk padat dan berpenduduk jarang oleh biomarker.
- Intensitas LFQ dari 965 protein dihitung setelah memisahkan peptida menjadi delapan fraksi.Persegi panjang kuning membungkus kisaran 100 kali lipat, yang berisi sebagian besar proteom plasma yang diukur.
- Korelasi intensitas LFQ dari set data proteome plasma dalam dan konsentrasi absolut dari Database Proteome Plasma
- Anotasi kata kunci UniProtKB dan pengayaannya di sepanjang seluruh rentang kelimpahan sebagaimana ditentukan oleh pengayaan 1D (lihat teks utama).Protein teladan yang berkontribusi pada kata kunci disorot dengan warna merah.APOC3, apolipoprotein C-III;F12, faktor koagulasi XII;C2, pelengkap C2;MASP1, lektin serin protease 1 yang mengikat Mannan;ITIH4, penghambat inter-alpha-trypsin rantai berat H4;HNRNPDL, ribonukleoprotein D-seperti nuklir heterogen;PSMA5, subunit proteasome alfa tipe 5.
Bagaimana protein dalam sampel plasma dipreparasi? Serta bagaimana cara analisis menggunakan LC-MS/MS untuk sampel tersebut? Anda dapat membacanya di jurnal ini.
Sumber:
https://www.vox.com/the-goods/2019/2/19/18232259/fda-young-blood-transfusion-safety-concerns
https://www.science.org/content/article/young-blood-antiaging-trial-raises-questions