Prosedur membersihkan daan melakukan desinfeksi air minum menghasilkan produk sampingan desinfeksi yang dipantau dan diatur. Hal ini disebabkan, air merupakan sumber daya alam terbesar dan menjadi pemberi kehidupan. Berikut penjelasan mengenai bagaimana prosedur tersebut dimulai.
Sejarah Desinfeksi Air
Sejak awal, diyakini bahwa air bersih adalah air yang aman dan air jenis rawa dikaitkan dengan penyebab demam dan berbagai penyakit. Saat peradaban dimulai, terdapat bukti bahwa air direbus untuk digunakan sebagai air minum.
Sebuah teks medis Mesir Kuno Smith Papyrus (2400 SM), menyebutkan penggunaan tembaga sebagai bahan sterilisasi untuk air minum dan luka. Salah satu, prosesnya dengan menyelupkan batang tembaga ke dalam bejana sebanyak tujuh kali untuk memastikan air yang digunakan aman.
Tembaga dalam berbagai bentuknya digunakan untuk mengobati semua jenis penyakit medis pada saat peradaban kuno termasuk kerajaan Yunani, Romawi, Aztek, dan India. Perak mulai ditambang dari sekitar 2500 SM dan telah diketahui sifat anti bakterinya.
Menurut Herodotus dalam “the Father of history”, tidak ada raja Persia yang bepergian tanpa membawa gerobak yang dipenuhi toples perak untuk menjaga air agar tetap segar. Bangsa Romawi membangun saluran air untuk membawa air bersih dan mereka menyadari pentingnya bahaya pencemaran tanah dan air ketika memilih tempat untuk bermukim dan bahkan menggunakan sapi sebagai indikator tanah mana yang cocok untuk ditinggali.
Tahun 1600an, adanya kemajuan dalam pengolahan air. Sir Francis Bacon membuka jalan dengan penyaringan pasir untuk desalinasi air laut. Eksperimen tersebut tidak berhasil tetapi menghasilkan paten pertama untuk proses penyaringan formal di Italia dan Prancis menggunakan sistem penyaringan pasir bersama dengan wol, spons, dan arang. Dengan demikian, penemuan mikroskop meningkatkan daya tarik investigasi terhadap mikroorganisme air.
Dari Wabah Menjadi Sebuah Langkah Terobosan
Sejak abad ke-19, wabah diare dan demam telah terjadi di seluruh kota besar yang menyebabkan tingkat kematian berskala besar. Diketahui, bahwa wabah ini terjadi akibat air yang membawa penyakiut kolera, disentri, dan tifus.
Tahun 1854, John Snow melacak sumber wabah ke satu pompa air yang terkontaminasi limbah. Saat itu, pompa segera ditutup kemudian tingkat infeksi mulai menurun. Air yang terkontaminasi mulai menimbulkan bau dan berasa menjadi terlihat jelas bahwa faktor tersebut bukanlah indikator yang aman untuk dikonsumsi. Karena itu, John Snow mulai tertarik untuk meneliti mikroorganisme dan menerapkan klorin untuk menghilangkan bakteri.
Proses desinfeksi klorin memperoleh daya tarik cukup tinggi, sebab kasus penyakit tifus mulai menurun. Efek samping dari kegiatan desinfeksi ini, ialah meningkatnya kasus penyakit pernafasan yang diakibatkan penguapan klorin.
Tahun 1902, Belgia menggabungkan koagulasi dan desinfeksi air dengan kalsium hipoklorit daan besi klorida. Selanjutnya, Prancis menerapkan ozon sebagai desinfektan pada tahun 1906.
Sebagian besar otoritas air kota mendesinfeksi air mereka agar tersedianya air minum yang aman untuk komunitas mereka. Umumnya, desinfektan kimiawi yang digunakan ialah klorin, klor dioksida, kloramin, dan ozon.
Sayangnya, desinfektan tersebut dapat bereaksi dengan bahan alami di dalam air yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan risiko kesehatan. Klorinasi air minum dapat menghasilkan trihalometana, asam haloasetat, dan klorat. Begitu pula, klorin dioksida menghasilkan oksihalida anorganik, klorit, klorat, dan produk sampingan desinfeksi lainnya.
Badan Internasional untuk penelitian kanker telah mengidentifikasi bromat sebagai karsinogen hewan dan potensi karsinogen manusia. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memperkirakan risiko kanker seumur hidup sebesar 10–5 untuk air minum yang mengandung bromat pada kadar sebesar 3 μg / L.
Penentuan oksihalida dalam air minum, penggunaan metode kromatografi ion dengan deteksi konduktivitas adalah metode analisis pilihan. Hal ini, telah didemonstrasikan dan dijelaskan dalam Metode US EPA 300.1 Bagian B. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu lebih banyak sensitivitas dan selektivitas diperlukan. Detektor konduktivitas dapat diganti atau ditambah dengan spektrometer massa (MS). Sejak saat itu, regulasi di bidang air telah berkembang. Satu hal yang perlu disadari, bahwa memiliki akses air minum yang bersih dan aman merupakan hal yang patut disyukuri.
Sumber: